Belajar Bahasa Indonesia

Dahulu, di TV ada pelajaran Bahasa Indonesia. Kalau tidak salah yang mebawakannya adalah Yus Badudu. Sayang sekarang sudah tidak ada lagi, diganti dengan bahasa sinetron (yang ciri khasnya adalah marah-marah). Ha ha ha. Sebagai orang Indonesia, kita sering beranggapan bahwa kita ini sudah mengerti bahasa Indonesia. Pada kenyataannya ternyata belum.

Saya sering (dan perlu saya pertegas lagi: SERING) diberi tugas untuk menilai tulisan, baik dalam bentuk tugas akhir, skripsi, makalah, proposal, tulisan lomba-lomba karya tulis, dan seterusnya. Yang membuat saya terkejut adalah banyaknya penulis yang belum mahir menggunakan bahasa Indonesia.

Mau tahu kesalahan yang paling sering terjadi? Jawabannya adalah penggunaan kata “di”. Hayo … ngaku. Anda juga sering salah menggunakan kata “di” itu kan? ha ha ha. Ada yang tahu kapan dia harus disambung dan dipisah dengan kata selanjutnya? Jangan-jangan kita semua nggak ada yang tahu. Halah.

Beberapa waktu yang lalu ada diskusi (atau lebih tepatnya debat) mengenai penggunakan tanda baca (titik dua, koma, titik, tanda seru, dan seterusnya). Pemahaman saya adalah tanda baca tersebut menyatu dengan kata sebelumnya. Jadi menurut saya yang benar adalah “antara lain:” bukan “antara lain :”. Jika dia dipisah, ada kemungkinan tanda baca tersebut sendirian pada satu baris (misalnya tidak cukup jika diletakkan di baris sebelumnya). Bagaimana menurut Anda?

Kesalahan yang lain juga banyak, seperti penggunaan kata serapan (asing) yang tidak tepat. Kadang pencampuran bahasa ini membuat saya gemes! Di tempat lain saya pernah menulis bahwa otak saya sudah “keracunan” pola berpikir asing, tapi saya masih berusaha keras untuk tidak mencampur-campurkan bahasa. Ah, orang yang seharusnya lebih bersih (karena tidak tercampur pola pikir asing) kok malah seenaknya dalam mencampuradukkan bahasa. Saya sendiri merasa bahasa Indonesia saya masih lemah. Kalau lagi bingung, biasanya tanya ke Amal. Ha ha ha. Ah, semestinya kita belajar lagi. Jangan karena merasa sudah menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari lantas otomatis pandai.

Pembelajaran (learning) bahasa harus dibedakan dengan pemerolehan (acquiring) bahasa. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disengaja, maka pembelajaran bahasa diperoleh dengan sengaja. Jika pemerolehan bahasa terjadi karena kehendak kuat untuk menjadi bagian (bersoialisasi dengan) atau kehendak kuat untuk dianggap sebagai warga pemilik bahasa itu, maka pembelajaran bahasa terjadi karena "keinginan" untuk mengenali kehidupan orang-orang yang mempergunakan bahasa itu. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak direncanakan, dirancang, disistematisasikan, maka pembelajaran bahasa terjadi karena pihak lain merancangnya tahap demi tahap, bahan demi bahan, tujuan demi tujuan. Rancangan dari pihak lain dapat saja wujud konkretnya menjadi suatu modul atau program pembelajaran, yang tanpa bantuan orang lain--tanpa guru-- dapat dikuasainya. Jika pemerolehan bahasa terjadi melalui intake (bahan bahasa yang meaningful/contextual/functional), maka pembelajaran bahasa dapat saja terjadi melalui bahan-bahan bahasa tanpa konteks.

Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara memperoleh (acquiring) bahasa seperti disebutkan di atas diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Muncullah karena itu cara pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis menentukan pilihan-pilihan variasi sosiaolinguistis: siapa mitra bicara, dalam konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat keresmian komunikasi.

Mempelajari bahasa berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan pokok dari belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang meliputi variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur-unsur kalimat, bahkan pilihan jenis wacana tertentu. Karena fungsi bahasa harus menuntun pilihan variasi bahasa, maka mau tidak mau konteks ( wacana) menjadi pandon penting.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Belajar Bahasa Indonesia"

Posting Komentar